Senin, 12 Oktober 2015

FIREFLIES episode 2


FIREFLIES
ON THE SKY

“Aku akan mempertimbangkannya dulu!” kalimat itu keluar dari mulut Mili. Senyum Davi sedikit meredup dan ia memperbaiki posisi duduknya. Mili bahkan nggak ngerti kenapa tiba-tiba perasaannya seperti itu dan dia juga memberikan jawaban itu. Padahal ia menginginkan Davi untuk menikahinya. Tapi pikirannya kemana-mana. Bahkan otaknya seperti sedang berkeliling mencari-cari sesuatu. Apa yang membuatnya bimbang?
Setelah mengucapkan kalimat itu, kerongkongan Mili terasa mengering. Seperti berhari-hari berjalan di gurun pasir tanpa minum sekalipun. Suasana mendadak sepi. Mereka berdua saling pandang dengan perasaannya masing-masing. Davi akhirnya memberikan senyuman untuk mencairkan suasana. Tanpa basa-basi dia langsung mengajak Mili keluar, “Yasudah, kita makan pizza yuk” Mili menganggukkan kepala dan dengan pasrah membiarkan Davi menarik mesra tangannya.
Cuaca hari ini begitu terik. Sangat panas, seperti suasana hati Joe saat ini. Berendam di bathub sepertinya menyenangkan. Menjajaki dinginnya shower sangat membantu meredakan panas dikepalanya. Menikmati air shower yang membuat sungai-sungai kecil di tubuh Joe dan menimbulkan sensasi dingin di kulit yang begitu menyegarkan. Aroma sabunnya menenangkan hati dan pikiran. Suara gemericik air yang merdu berkelana di dalam telinga. Ia begitu dimanjakan dengan penghuni kamar mandi yang membuat keriangan pada semua indra Joe. Perasaan puas pun menelusup ke dirinya. Dibalutkannya handuk putih ke pinggangnya. Setelah pintu terbuka aroma segar nan maskulin Joe tercium hingga menggantikan udara di dalam kamarnya.
Ia berusaha untuk mengeringkan tubuhnya dengan handuk. Joe mengambil pakaian di lemari kayu elegan yang berada di samping tempat tidurnya itu untuk menutupi tubuhnya yang begitu maskulin. Tak ada kegiatan lain. Dia merebahkan tubuhnya yang berotot ke spring bed hitam putih empuk miliknya. Ia mulai memejamkan mata untuk menenangkan pikirannya sejenak. Tidur di siang hari menjelang sore memang terasa begitu enak.
*
                “Joeeeee........!!!” tiba-tiba suara dari luar sana membangunkan Joe dari alam mimpinya. Dia bangun dari tidurnya dan bergegas meninggalkan markas. Dengan muka khas orang yang habis bangun tidur dia membuka pintu untuk melihat siapa makhluk yang berani mengganggu waktu tidurnya. Joe mengusap matanya, “Eh, loe. Ada apa? Gue kira tadi Mili”
                “Gue baru inget pas tadi di mobil. Mau SMS loe tapi pulsa habis. Loe belum ngirim new arrival di cabang”. Jean juga bertugas untuk mengurusi barang-barang baru, jadi dia juga bertanggung jawab di cabang distro Milijoe’s. Yaah...udah lumayan lama juga sih usia cabang baru mereka. Kurang lebih udah sekitar sebelas bulan lah, hampir satu tahun. Meskipun belum genap setahun tapi di cabang mereka cukup laris dan sudah banyak pelanggan. Oleh karena itu tiap hari karyawan-karyawan Milijoe’s juga harus siap menerima pengunjung yang setiap saat mengacak-acak barang yang belum tentu mereka minati dan belum tentu juga mereka beli.
                “Sory, gue lupa. Biasanya si bebek bawel yang selalu ngingetin gue.” Yang Joe maksud itu si Mili. “oh iya, pantes aja lupa. Orang lagi berduaan sama cowoknya” lanjutnya.
                Jean hanya tertawa dan kerutan yang baru saja muncul di dahi Joe pun membuat tawanya terhenti. Seakan-akan dia tau apa maksud Joe, “Sory Joe, sory. Gue cuma mikir kalo loe itu cemburu”. Joe terkejut, “Gila loe! Gue nggak cemburu. Cuman ada rasa kecewa aja. Capek juga gue nasihatin si Mili”
                Jean tertawa kecil, “Yaudah, gue cabut dulu yaa. Ngaca tuuh muka loe merah, kayak banci perempatan hahahaha...”
                Setelah memastikan Jean telah menghilang dari hadapannya, Joe pun buru-buru menutup pintu dan kembali ke markas kebesaran. Hahaha... Gue cemburu? Enggaklah. Gumam Joe dalam hati. Joe bergerak menuju buffet dan menarik lacinya. Dia mengambil sebuah buku yang ternyata itu adalah album foto. Sampul depannya bertuliskan You and Me Together, Forever yang ditulis Mili saat mereka masih duduk dibangku sekolah dasar. Halaman pertama berisi foto saat mereka berlibur di sebuah pedesaan di Bali. Mili terlihat sedang memegang toples berisikan kunang-kunang dan Joe memegang jaring. Senyum mereka berdua sangat natural dengan pemandangan sawah pada malam hari. Foto itupun mengingatkannya tentang lagu Fireflies-nya Owl City. Itu adalah lagu kesukaan Mili, karena dia suka banget sama kunang-kunang.
                Joe nggak sadar, kalau dia lagi berdiri di depan buffet sambil ketawa melihat album foto dirinya bersama Mili. Sambil sesekali membayangkannya. Joe teringat kalau besok itu adalah hari ulang tahun Mili. Apa mungkin dia nggak bikin birthday party yaa? Soalnya kalu dia ulang tahun pasti selalu membuat pesta dan dia juga selalu minta tolong Joe untuk membantu membuat pesta untuk dirinya. Nggak mungkin kalau dia lupa tentang hari ulang tahunnya sendiri. Atau mungkin dia mau bikin party sama Davi. Maybe...
                “Mau pesen apa sayang?” tangan Davi sibuk membuka-buka daftar menu yang tersedia di meja pelanggan.
                “Mmm...” sambil menopang dagunya Mili memilih menunya, “Supersupreme aja deh” Davi melongo mendengar menu pilihan kekasihnya itu. Nggak ada bosennya dia selalu pilih menu itu setiap kali kesini. Inikan menyambut hari spesialnya besok. Dia kan bisa pesen menu yang lain gitu dan Davi pun juga siap manjain kok.
                Setelah melongo bego, “Kok itu mulu? Suka banget ya?”
                Mili tersenyum dan dia nggak tau mesti jawab apa, “Habisnya enak sih” senyumnya pun makin melebar. Sebenernya sih itu menu kesukaannya Joe. Gara-gara dia gue jadi ketagihan. Gumamnya dalam hati. Dia nggak sadar kalau rupanya dia sedang melamun. Dari tadi Davi melambai-lambaikan tangannya untuk memecah lamunan Mili.
                “Mili?” tanya Davi dengan suara lirih. “Sayang?” Mili masih tetap dengan pikiran-pikiran absurdnya itu.
                Kali ini Davi bersiap-siap mengumpulkan tenaga untuk memberikan suara yang dahsyat. Dia menarik napas panjang. Hmmmmpf....dan, “MILIIIII......!!!!” semua pandangan langsung tertuju pada mereka berdua. Davi hanya tertawa kecil saat menyadari bahwa semua mata tertuju padanya. Sementara itu Mili terlihat begitu kaget dan jantungnya berdebar karena teriakan Davi tadi. Wajahnya terlihat pucat dan berkeringat. Tangan kanannya memegang dada dimana letak jantungnya berada. Nafas Mili terdengar begitu cepat.
                “Loe nggak apa-apa kan, Mil? Kayaknya kaget banget. Maaf sayang kalo aku bikin kamu terkejut kayak gitu” Davi pun menggenggam tangan Mili.
                “Gue baik-baik aja kok” Mili mengangkat tangannya dan memberi tanda agar pelayan segera menghampirinya dan segera mencatat pesanan mereka.
                Semestinya hari ini dia sedang bersama Joe untuk mempersiapkan pesta ulang tahunnya besok. Karena ini nggak ada persiapan, udah pasti besok nggak ada pesta. Sebelumnya beberapa hari yang lalu, Davi janji bakal manjain Mili dan ngasih sesuatu yang spesial untuk hari ini dan besok. Tapi menurutnya nggak ada yang spesial tuh buat hari ini, meskipun tadi dia sempet dilamar. Dia pengen ngerayain ulang tahunnya bareng Joe. Tapi kata Davi, dia pengen sekali-kali ngasih moment spesial di ulang tahunnya berdua aja. Mau moment sedih apa seneng?
**
                Malam harinya, sekitar pukul tujuh, Joe pergi ke suatu Mall di Jakarta. Dia menuju ke sebuah toko kue. Joe membeli sekotak cheese cake yang dihiasi buah cherry, strawberry, cokelat dan daun mint. Kue itu dipersembahkan untuk orang yang dia sayangi. Dia tau bener apa kue kesukaan Mili.
                Nggak lupa juga dia membeli lilin berbentuk angka dua dan empat. Ada satu hal lagi yang nggak bakal Joe lupain. ‘Kado!’ tanpa berpikir panjang dia udah tau apa yang harus dia beli dan yang pasti Mili suka. Joe membeli sebuah mainan, berbentuk seperti toples yang berisi kunang-kunang. Kalau toplesnya itu diletakkan di tempat gelap kemudian digoyang-goyangkan, dalamnya itu nampak bagaikan berisi kunang-kunang sungguhan. Seperti lampu-lampu kecil yang berterbangan didalamnya. Segera dia meminta petugas tokonya untuk membungkus cantik kadonya itu.
                Dia udah bikin rencana buat ngasih surprise ke Mili. Tentunya Joe nggak sendiri. Ada Jean, Ken dan Zeze juga. Baru kali ini Zeze bisa nyempetin  buat ikutan ngasih kejutan sahabat lamanya itu. Ya maklumlah, dia kan udah jadi ibu rumah tangga. Zeze setahun lebih tua dari Mili dan dia udah punya balita. Davi ikut? Iya enggaklah. Kalau misalnya dia ikut, Joe bakal dengan tega-teganya bikin acara itu jadi cepet-cepet bubar. Pokoknya segala acara yang dibuat Joe itu mesti free dari Davi. Makhluk itu harus dan ‘kudu’ musnah dari daftar-daftar rencananya.
Jum’at, 23:50
                Mereka udah pada stay di depan pintu rumah Mili yang cuman selisih empat rumah aja dari tempat tinggal Joe. Mereka buru-buru nyiapin air, tepung dan telor untuk menghasilkan adonan istimewa di tubuh Mili nanti. Barang-barang itu mereka tempatkan di balik pot supaya nggak ketauan sama Mili. Biar nggak seperti kejadian dulu. Udah nyusun rencana mateng-mateng ternyata orangnya malah udah tau. Saat sorenya bikin kejutan di taman, si Ken ngelempar tepung sama telor ke arah Mili dan sasaran pun buru-buru menghindar. Ternyata tepung dan telornya terbang dan jatuh di kepala orang lain yang sedang lewat di sekitar taman. Mereka semua buru-buru kabur karena orangnya marah-marah. Itu adalah kejadian yang paling konyol selama perayaan partynya Mili. Kali ini nggak boleh failed!
Sabtu, 00:00
                Mereka udah bersiap-siap. Tak lupa lilin yang ada di atas kue mereka nyalakan. Zeze menekan bel rumah berkali-kali agar Mili terbangun dari mimpinya. “Gila! Siapa sih yang tengah malem gini bertamu” dengan kondisi mata yang sipit seperti itu dan masih terlihat malam untuk bener-bener melek, akhirnya Mili pergi membuka pintu, dan...
                “SURPRISE” nyanyian khas ulang tahun pun mulai disenandungkan. Mata Mili menjadi terlihat bulat dan nampak speechless karena ulah sahabat-sahabatnya itu. Dia menutupi kedua matanya yang terlihat berkaca-kaca.
                Joe yang membawa kue itu terlihat sedang mengusap mata Mili yang berlinang. “ Make a wish dulu dong, terus tiup lilinnya”
                “Iyaa.... buruan!” suara itu terdengar bersahut-sahutan dan tak lama kemudia lilin itu mati karena tiupan Mili. Suara sorak sorai terdengar makin meriah dan tradisi pun dimulai. Ken menyiram Mili dengan seember air, kemudian dengan cepat disusul Jean dan Zeze yang bertugas melempari tepung dan telor. Joe masih dengan tugasnya membawa kue sambil tertawa melihat muka Mili yang pasrah dan nampak begitu bahagia.
                Happy birthday yaa” kata-kata itu datang dari mulut masing-masing sahabatnya. “Merapat dong, gue yang ambil gambar” Zeze terlihat sedang memberi arahan untuk pose foto yang bagus. Senyum lebar selalu terurai jelas di wajah Mili. Nampaknya dia begitu bahagia. Mili berjalan mendekati Joe, bergantian membawakan kue yang berada di tangan Joe.
                “Thanks ya Joe” Milipun tanpa rasa canggung mencium pipi Joe yang sontak membuat jantung lelaki itu berdebar-debar. Mili nggak peduli soal itu. Cepat-cepat dia mengajak mereka semua masuk untuk menikmati cheese cake yang dibawakan Joe. Mili memotongnya dan membagi rata. Potongan pertama untuk Joe. Dia nggak sadar bahwa di dalam jantung sahabatnya itu lagi ada konser band yang membuat jantungnya seperti irama drum. Semua itu akibat ciuman yang ia daratkan di pipi Joe tadi.
                Joe masih nggak bisa mencerna akal sehatnya. Otaknya belum dapat berjalan normal kembali. Dia harus bisa membuat itu semua menjadi hal yang wajar. Joe nggak pernah nyangka, dapet ciuman dari sahabatnya itu. Baru kali ini. Mili berhasil membuat Joe mati kutu. Baru pertama kali juga Joe terlihat seperti itu. Mili sempat meliriknya sambil menikmati kuenya itu. Sesekali dia tertawa geli melihat ekspresi Joe yang begitu lucu. Mungkin sampai pagi nanti, sepertinya Joe nggak bakal bisa tidur dengan nyenyak.
                Oh iya, mereka hampir melupakan kado yang udah mereka persiapkan dan mereka desain semenarik mungkin. Mili nampak begitu teramat bahagia. “Thanks all... I love you guys
                Jam dinding menunjukkan pukul 02.10, tapi Mili belum juga tidur. Mereka semua udah pulang dari tadi. Mili juga udah nyempetin waktu buat mandi. Badannya yang kayak adonan tadi sekarang udah bersih dan wangi. Ditengoknya kado-kado pemberian sahabatnya itu yang sudah ia tata rapi diatas meja samping tempat tidurnya. Kado-kado itu masih terbungkus rapi. Dia mengambil kado pemberian Joe. Perlahan-lahan dia membuka selotip perekat kertasnya dan mulai mengacak-acak hasil karya petugas toko hadiah semalem. Setelah dibongkar, dia menemukan miniatur toples fireflies lucu lengkap dengan kartu ucapan.
Dia segera mematikan lampu tidur agar kamar terlihat gelap untuk sementara waktu. Digoyang-goyangkannya toples itu dan kemduian matanya nampak berbinar melihat apa yang sedang ia pegang sekarang, “Wahhh....indah banget. Makasih Joe” gumamnya. Dia bagaikan melihat ratusan kunang-kunang didalam kamarnya yang gelap. Mili meletakkan toples itu dengan hati-hati diatas mejanya dan kembali menyalakan lampu kecilnya. Ia berharap malam ini mimpi indah hadir dalam lelapnya saat ini.
***
                Pagi hari, Bioskop
                Pagi ini Davi siap untuk memanjakannya kembali. Karena hari ini adalah hari spesialnya dia. Joe juga ngasih waktu free buat seharian Mili seneng-seneng. Hari ini Mili ngajakin Davi nonton dan cowok itu Cuma iya-iya aja. Pokoknya hari ini bebas mau minta apa aja deh. Apa sih yang nggak dikasih Davi buat Mili?
                Ada film yang baru aja rilis dan salah satu bintangnya adalah favorit Mili, Adipati Dolken. Cowok berambut panjang keriting itu mukanya manis katanya. “mau liat apa sayang?” tanya Davi. Belum juga Mili sempat menjawab, handphone Davi udah keburu bunyi. Davi terlihat sedang membaca nama dilayar handphonenya, “Sebentar ya, aku angkat teleponnya dulu” dia nampak menjauh dari tempat dimana Mili berada sekarang.
Sambil menunggu Davi, Mili membaca poster gede bertuliskan judul film yang baru aja rilis tadi, film dimana si Adipati Dolken nongol. ‘Operation Wedding’ dia jadi teringat, mungkin dia sebentar lagi juga akan merried seperti itu. Maybe. Tak lama kemudian cowoknya datang menghampirinya dan ia nampak terburu-buru. Davi meminta karena harus pergi karena ada keperluan keperluan mendadak dari bos. Mili nggak bisa menolak karena itu dari bos pacarnya. Sebelum Davi pergi, dia sempat memesan dua tiket film untuk dua orang pada pukul tiga sore nanti. Davi janji, jadwal nonton mereka nanti sore bener-bener lancar. “Ditunda dulu ya sayang. Maaf bikin kamu kecewa”
Mili pun tersenyum, “Nanti kan masih bisa sayang. Antar aku ke rumah Zeze aja ya”
                “Siap!” Davi memeluk Mili dan tak lupa iya ucapkan “Happy born day sayangku”. Mili hanya bisa tersenyum saat itu.
Pagi ini jadwal nonton mesti ditunda dulu. Sebagi gantinya, Mili pergi ke rumah Zeze. Katanya sih mereka mau kangen-kangenan. Wajarlah, mereka berdua itu jarang banget ketemu. Tapi kalau masalah komunikasi ya tetep lancar dong. Mereka berdua pertama kali bertemu saat ospek di kampusnya dulu. Semua peserta ospek dikerjain habis-habisan sama senior-seniornya.
Tapi Mili dan Zeze menentang apa yang disuruh seniornya itu. Nggak masuk akal nih ospek. Jurusan gue itu apa? Disini itu gue ambil desain dan mau jadi desainer. Yang bikin mereka kesel itu senior-seniornya nyuruh anak-anak ospek buat guling-gulingan di lapangan kampus sambil diteriakin “Cepet dong cupu! Bisa lebih cepet nggak sih?”. Ospek apa itu? Ospek itu ya mbok yang lebih bermanfaat sedikitlah. Katanya sih buat melatih mental, kalau gitu kenapa nggak sekalian aja masuk militer. Kalau disana kan ospeknya berat namun juga bermanfaat. Itu yang membuat dua mahasiswa baru itu dihukum. Alasannya karena mereka menentang perintah seniornya. Ospek itu nggak banget deh.
Mata Mili melotot kaget saat memasuki rumah Zeze. Gila! Berantakan banget. Dimana-mana ada mainan. Rmahnya udah seperti toko mainan, tapi acak-acakan. Mulai dari mobil-mobilan yang ada dibawah meja, mainan karet disamping sofa, puzzle-puzzle berceceran di lantai, kereta api yang lokomotifnya patah, ya ampun sudah pasti itu ulah tuyulnya Zeze. Jadi begini ya, suasana rumah kalau kita udah punya anak kecil. Tiap hari dibikin capek beresin mainan-mainannya.
“Duduk sini. Sorry berantakan. Maklumlah kalo punya balita ya begini” Zeze sambil tertawa kecil, “Mau minum apa?” lanjutnya.
“Apa aja deh. Anak loe mana?”
“Lagi tidur tuh di kamar. Habis gue racunin biar dia bisa anteng. Gue ambilin minum dulu yaa”. Mili hanya bisa tertawa mendengar celoteh sahabatnya itu.
Selagi Zeze pergi untuk mengambil minum, mata Mili berkeliaran menyusuri sudut-sudut ruang tamu. Pandangannya terhenti saat matanya menemukan foto pernikahan Zeze dan suaminya yang dipakukan di tembok ruang tamu itu. Dia pun terlihat tersenyum saat memandanginya. Foto itu sejenak mengingatkannya tentang lamaran Davi kemarin. Dia seharusnya bilang iya, karena dia juga pengennya Davi menjadi suaminya. Tapi ada sesuatu yang mengganjal dihatinya yang membuatnya untuk berkata jangan.
Tak lama kemudian Zeze datang dengan membawa nampan berisi dua gelas orange juice dan  camilan lezat ala Zeze. “Gue tau. Nih camilan pasti yang bikin loe” sambil menunjuk Zeze.
“Iya dong” Zeze menyipitkan sebelah matanya, “Kapan loe mau nyusul gue?”
Mili melongo, “Maksud loe?”
“Loe bego. Maksudnya married
“Ohh itu..anu, kemarin Davi ngelamar gue” suaranya terlihat datar dan ekspresinya pun biasa-biasa aja, “Tapi, masih belum gue terima. Dipertimbangin lagi”
Jawaban Mili membuatnya kaget, “He?? Bukannya loe ngebet banget pengen kawin sama Davi?”
“Tauk ah. Gue haus. Sini minumnya” Mili malah sewot dan Zeze Cuma bisa bengong mendengar kalimat sahabatnya itu.
Kali ini Joe mesti pergi ke toko bahan sendirian. Biasanya dia selalu ditemenin Mili. Karena ini dia libur dan yang lainnya juga pada sibuk yaa terpaksa harus belanja sendirian. Minggu ini Ken udah ngedesain baju-baju bagus dan udah di ACC Joe untuk dimasukkan ke dalam list distro Milijoe’s. Ken adalah desainer mereka yang udah meluncurkan puluhan bahkan ratusan hasil tangannya yang buagus banget. Jadi, tanpa dia mungkin Milijoe’s nggak bakal sesukses ini.
“Tumben sendirian mas?” tanya salah seorang petugas toko kain itu.
Joe tertawa kecil, “Iya nih, dia lagi libur soalnya. Barangnya saya tunggu diluar aja ya mas”
“Baik mas Joe”
Joe keluar dari toko untuk mencari udara, karena di dalam toko terasa begitu panas. Aroma dari hasil pembakaran sate madura yang berada di seberang toko pun tercium hingga ke tempat Joe berdiri sekarang. Dia memperhatikan tukang sate yang sedang menjada bara apinya dan terlihat sedang membolak-balikan sate yang sedang dibakar. Tapi pandangan Joe tiba-tiba terpaku dengan pengunjung yang sedang duduk meja depan warung sate itu. Dia mengambil handphone di saku celananya dan mencari nama ‘Bebek Bawel’ di kontaknya.
Calling Bebek Bawel...
“Iya Joe?” suara di seberang sana mulai terdengar
“Loe dimana?”
“Di rumah Zeze. Gue nungguin Davi, lagi ketemu sama bosnya”
“Ohh yaudah, gue cuma mau ngasih tau hari ini ada beberapa bahan yang kosong. Jadi, jangan lupa besok loe cek lagi masih ada stok nggak di gudang. Okke?? Bye ”
“Siaap...”
                Joe menutup flip handphonenya dan masuk ke toko untuk mengambil pesanannya. Dia harus segera balik ke distronya, karena khusus hari ini ia disibukkan dengan banyak tugas. Joe harus menghandle sebagian pekerjaan Mili biar nggak numpuk-numpuk dan menjadi beban. Kali ini dia berada di ruang tengah yang biasa digunakan Mili untuk bertugas. Hari ini harus selesai melabeli dan mencatat semua baju-baju, tas dan sepatu yang udah dikirim tadi pagi. Joe pengen Mili memiliki waktu untuk bersenang-senang di hari ulang tahunnya ini. Dia nggak mau sahabatnya itu kecewa. Apapun bakal dia lakukan untuk membuatnya bahagia.
                Tokk..tokk..tokk... Zeze keluar membuka pintu dan melihat siapa yang datang., “Hey..masuk gih”
                “Ahh nggak usah, cuman mau jemput Mili doang”, jawab Davi.
                “Udah dateng yaa. Yaudah, gue cabut dulu yaa Ze” ujar Mili setelah ia cukup lama ngobrol dengan sahabat lamanya itu.
                “Okke. Byee...hati-hati yaa” Zeze sambil melambaikan tangannya.
                “Oke bye”
                Mereka berdua segera pergi meninggalkan rumah Zeze dengan mobil mewah milik Davi. Dia punya segalanya. Maksudnya Davi itu adalah orang kaya. Biasanya kalau lagi musim liburan yang lain pada pergi berlibur ke luar kota, kalau Davi sih liburannya yaa keluar negeri. Tahun kemarin aja dia pergi ke Perancis. Pulang-pulang dia nggak lupa buat bawain Mili oleh-oleh jam tangan dan tas mewah asli dari Paris. Rencananya tahun ini dia bakal ngajak Mili berlibur ke Korea. Soalnya ceweknya itu suka banget sama keindahan pemandangan negeri ginseng itu.
                Suasana di mobil bener-bener garing banget. Mereka cuma sesekali saling bertukar pandang. “Mmmm....gimana bos kamu tadi sayang?” dengan suara yang agak ragu pun Mili mencoba menghidupkan suasana. Sepertinya Davi terlihat agak sedikit kaget dengan pertanyaan Mili.
                “Bo...bos? Ohh, tadi baik-baik aja sih. Cuman ada sedikit problem” suaranya terdengar terbata-bata.
                “Ohh..syukur deh kalau gitu. Gue kirain ada masalah besar”
                Davi nampak menghela napas dan tersenyum. “Ntar habis nonton, turunin gue di rumah Joe aja yaa” lanjut Mili.
                “Joe?” Davi mengerutkan keningnya, “Kenapa sih loe itu setiap hari harus selalu sama Joe terus?” nadanya terdengar agak tinggi dan membuat Mili sedikit sewot.
                “Lhoh, kenapa sih? Dia kan sahabatku dari kecil”
                “Sahabat sih sahabat. Tapi kedekatan kalian berdua bikin gue jealous” nadanya terdengar semakin meninggi.
                Mata Mili nampak berkaca-kaca, “Dia itu orang yang tulus mau ngurusin gue, Dav. Cuman dia yang rela ngurusin gue sampe sekarang. Gue ini yatim piatu. Disini nggak punya siapa-siapa selain Joe. Dia udah banyak berjasa buat hidup gue. Jadi loe nggak berhak marah-marah dan ngatur hubungan gue sama Joe!”
                Davi hanya terdiam dan tetap memperhatikan kemudinya. Mili bener-bener nggak habis pikir kenapa Davi bisa cemburu yang berlebihan seperti itu. Tanpa Joe, mungkin dia sekarang nggak bisa ketemu sama Davi. Tanpa Joe, mungkin dia nggak bisa bertahan hidup sebatangkara. Tanpa Joe mungkin dia nggak bisa kuliah dan nggak bisa sukses seperti sekarang ini. Semuanya berkat bantuan dan kebaikan hatinya Joe. Dia adalah sahabat sekaligus kakak untuk hidupnya sekarang ini.
****
                Joe yang sekarang berada di ruang tengah mulai terganggu pikirannya. Sambil memainkan pulpen ke udara tanpa disadari dia sedang menggumam ‘Bos? Oh my God, gue harus ngomong apa sama loe. Tapi loe juga mesti tau’ pikirannya kembali menuju tempat warung sate yang ia lihatnya tadi. Tertuju pada salah satu pengunjung cowok. Joe bener-bener nggak salah lihat kan tadi. Cowok itu yang nggak lain dan yang nggak bukan adalah Davi. Dia nggak sendirian dan kata si Bebek Bawel, Davi sedang ketemuan sama bosnya. Ketemu bos? Peluk-pelukkan? Suap-suapan? Bos macam apa yang begitu sama karyawannya yang udah punya pacar dan mau merried. Apa sikap mereka itu patut? Dan setau Joe, bos Davi itu cowok. Bukan cewek. Joe merasa itu semua ada yang nggak bener.

bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar