FIREFLIES
ON THE SKY
ON THE SKY
“Aku akan
mempertimbangkannya dulu!” kalimat itu keluar dari mulut Mili. Senyum Davi
sedikit meredup dan ia memperbaiki posisi duduknya. Mili bahkan nggak ngerti
kenapa tiba-tiba perasaannya seperti itu dan dia juga memberikan jawaban itu.
Padahal ia menginginkan Davi untuk menikahinya. Tapi pikirannya kemana-mana.
Bahkan otaknya seperti sedang berkeliling mencari-cari sesuatu. Apa yang
membuatnya bimbang?
Setelah
mengucapkan kalimat itu, kerongkongan Mili terasa mengering. Seperti
berhari-hari berjalan di gurun pasir tanpa minum sekalipun. Suasana mendadak
sepi. Mereka berdua saling pandang dengan perasaannya masing-masing. Davi
akhirnya memberikan senyuman untuk mencairkan suasana. Tanpa basa-basi dia
langsung mengajak Mili keluar, “Yasudah, kita makan pizza yuk” Mili
menganggukkan kepala dan dengan pasrah membiarkan Davi menarik mesra tangannya.
Cuaca hari
ini begitu terik. Sangat panas, seperti suasana hati Joe saat ini. Berendam di bathub sepertinya menyenangkan.
Menjajaki dinginnya shower sangat membantu meredakan panas dikepalanya.
Menikmati air shower yang membuat sungai-sungai kecil di tubuh Joe dan
menimbulkan sensasi dingin di kulit yang begitu menyegarkan. Aroma sabunnya
menenangkan hati dan pikiran. Suara gemericik air yang merdu berkelana di dalam
telinga. Ia begitu dimanjakan dengan penghuni kamar mandi yang membuat
keriangan pada semua indra Joe. Perasaan puas pun menelusup ke dirinya.
Dibalutkannya handuk putih ke pinggangnya. Setelah pintu terbuka aroma segar
nan maskulin Joe tercium hingga menggantikan udara di dalam kamarnya.
Ia
berusaha untuk mengeringkan tubuhnya dengan handuk. Joe mengambil pakaian di
lemari kayu elegan yang berada di samping tempat tidurnya itu untuk menutupi
tubuhnya yang begitu maskulin. Tak ada kegiatan lain. Dia merebahkan tubuhnya
yang berotot ke spring bed hitam putih empuk miliknya. Ia mulai memejamkan mata
untuk menenangkan pikirannya sejenak. Tidur di siang hari menjelang sore memang
terasa begitu enak.
*
“Joeeeee........!!!”
tiba-tiba suara dari luar sana membangunkan Joe dari alam mimpinya. Dia bangun
dari tidurnya dan bergegas meninggalkan markas. Dengan muka khas orang yang
habis bangun tidur dia membuka pintu untuk melihat siapa makhluk yang berani
mengganggu waktu tidurnya. Joe mengusap matanya, “Eh, loe. Ada apa? Gue kira
tadi Mili”
“Gue
baru inget pas tadi di mobil. Mau SMS loe tapi pulsa habis. Loe belum ngirim new arrival di cabang”. Jean juga
bertugas untuk mengurusi barang-barang baru, jadi dia juga bertanggung jawab di
cabang distro Milijoe’s. Yaah...udah lumayan lama juga sih usia cabang baru
mereka. Kurang lebih udah sekitar sebelas bulan lah, hampir satu tahun.
Meskipun belum genap setahun tapi di cabang mereka cukup laris dan sudah banyak
pelanggan. Oleh karena itu tiap hari karyawan-karyawan Milijoe’s juga harus
siap menerima pengunjung yang setiap saat mengacak-acak barang yang belum tentu
mereka minati dan belum tentu juga mereka beli.
“Sory,
gue lupa. Biasanya si bebek bawel yang selalu ngingetin gue.” Yang Joe maksud
itu si Mili. “oh iya, pantes aja lupa. Orang lagi berduaan sama cowoknya”
lanjutnya.
Jean
hanya tertawa dan kerutan yang baru saja muncul di dahi Joe pun membuat tawanya
terhenti. Seakan-akan dia tau apa maksud Joe, “Sory Joe, sory. Gue cuma mikir
kalo loe itu cemburu”. Joe terkejut, “Gila loe! Gue nggak cemburu. Cuman ada
rasa kecewa aja. Capek juga gue nasihatin si Mili”
Jean
tertawa kecil, “Yaudah, gue cabut dulu yaa. Ngaca tuuh muka loe merah, kayak
banci perempatan hahahaha...”
Setelah
memastikan Jean telah menghilang dari hadapannya, Joe pun buru-buru menutup
pintu dan kembali ke markas kebesaran. Hahaha...
Gue cemburu? Enggaklah. Gumam Joe dalam hati. Joe bergerak menuju buffet
dan menarik lacinya. Dia mengambil sebuah buku yang ternyata itu adalah album
foto. Sampul depannya bertuliskan You and
Me Together, Forever yang ditulis Mili saat mereka masih duduk dibangku
sekolah dasar. Halaman pertama berisi foto saat mereka berlibur di sebuah
pedesaan di Bali. Mili terlihat sedang memegang toples berisikan kunang-kunang
dan Joe memegang jaring. Senyum mereka berdua sangat natural dengan pemandangan
sawah pada malam hari. Foto itupun mengingatkannya tentang lagu Fireflies-nya Owl City. Itu adalah lagu
kesukaan Mili, karena dia suka banget sama kunang-kunang.
Joe
nggak sadar, kalau dia lagi berdiri di depan buffet sambil ketawa melihat album
foto dirinya bersama Mili. Sambil sesekali membayangkannya. Joe teringat kalau
besok itu adalah hari ulang tahun Mili. Apa mungkin dia nggak bikin birthday party yaa? Soalnya kalu dia
ulang tahun pasti selalu membuat pesta dan dia juga selalu minta tolong Joe
untuk membantu membuat pesta untuk dirinya. Nggak mungkin kalau dia lupa
tentang hari ulang tahunnya sendiri. Atau mungkin dia mau bikin party sama Davi. Maybe...
“Mau
pesen apa sayang?” tangan Davi sibuk membuka-buka daftar menu yang tersedia di
meja pelanggan.
“Mmm...”
sambil menopang dagunya Mili memilih menunya, “Supersupreme aja deh” Davi
melongo mendengar menu pilihan kekasihnya itu. Nggak ada bosennya dia selalu
pilih menu itu setiap kali kesini. Inikan menyambut hari spesialnya besok. Dia
kan bisa pesen menu yang lain gitu dan Davi pun juga siap manjain kok.
Setelah
melongo bego, “Kok itu mulu? Suka banget ya?”
Mili
tersenyum dan dia nggak tau mesti jawab apa, “Habisnya enak sih” senyumnya pun
makin melebar. Sebenernya sih itu menu
kesukaannya Joe. Gara-gara dia gue jadi ketagihan. Gumamnya dalam hati. Dia
nggak sadar kalau rupanya dia sedang melamun. Dari tadi Davi melambai-lambaikan
tangannya untuk memecah lamunan Mili.
“Mili?”
tanya Davi dengan suara lirih. “Sayang?” Mili masih tetap dengan
pikiran-pikiran absurdnya itu.
Kali
ini Davi bersiap-siap mengumpulkan tenaga untuk memberikan suara yang dahsyat.
Dia menarik napas panjang. Hmmmmpf....dan, “MILIIIII......!!!!” semua pandangan
langsung tertuju pada mereka berdua. Davi hanya tertawa kecil saat menyadari
bahwa semua mata tertuju padanya. Sementara itu Mili terlihat begitu kaget dan
jantungnya berdebar karena teriakan Davi tadi. Wajahnya terlihat pucat dan
berkeringat. Tangan kanannya memegang dada dimana letak jantungnya berada.
Nafas Mili terdengar begitu cepat.
“Loe
nggak apa-apa kan, Mil? Kayaknya kaget banget. Maaf sayang kalo aku bikin kamu
terkejut kayak gitu” Davi pun menggenggam tangan Mili.
“Gue
baik-baik aja kok” Mili mengangkat tangannya dan memberi tanda agar pelayan
segera menghampirinya dan segera mencatat pesanan mereka.
Semestinya
hari ini dia sedang bersama Joe untuk mempersiapkan pesta ulang tahunnya besok.
Karena ini nggak ada persiapan, udah pasti besok nggak ada pesta. Sebelumnya
beberapa hari yang lalu, Davi janji bakal manjain Mili dan ngasih sesuatu yang
spesial untuk hari ini dan besok. Tapi menurutnya nggak ada yang spesial tuh
buat hari ini, meskipun tadi dia sempet dilamar. Dia pengen ngerayain ulang
tahunnya bareng Joe. Tapi kata Davi, dia pengen sekali-kali ngasih moment spesial di ulang tahunnya berdua
aja. Mau moment sedih apa seneng?
**
Malam
harinya, sekitar pukul tujuh, Joe pergi ke suatu Mall di Jakarta. Dia menuju ke
sebuah toko kue. Joe membeli sekotak cheese
cake yang dihiasi buah cherry, strawberry, cokelat dan daun mint. Kue itu
dipersembahkan untuk orang yang dia sayangi. Dia tau bener apa kue kesukaan
Mili.
Nggak
lupa juga dia membeli lilin berbentuk angka dua dan empat. Ada satu hal lagi
yang nggak bakal Joe lupain. ‘Kado!’ tanpa berpikir panjang dia udah tau apa
yang harus dia beli dan yang pasti Mili suka. Joe membeli sebuah mainan,
berbentuk seperti toples yang berisi kunang-kunang. Kalau toplesnya itu
diletakkan di tempat gelap kemudian digoyang-goyangkan, dalamnya itu nampak
bagaikan berisi kunang-kunang sungguhan. Seperti lampu-lampu kecil yang
berterbangan didalamnya. Segera dia meminta petugas tokonya untuk membungkus
cantik kadonya itu.
Dia
udah bikin rencana buat ngasih surprise ke Mili. Tentunya Joe nggak sendiri.
Ada Jean, Ken dan Zeze juga. Baru kali ini Zeze bisa nyempetin buat ikutan ngasih kejutan sahabat lamanya
itu. Ya maklumlah, dia kan udah jadi ibu rumah tangga. Zeze setahun lebih tua
dari Mili dan dia udah punya balita. Davi ikut? Iya enggaklah. Kalau misalnya
dia ikut, Joe bakal dengan tega-teganya bikin acara itu jadi cepet-cepet bubar.
Pokoknya segala acara yang dibuat Joe itu mesti free dari Davi. Makhluk itu harus dan ‘kudu’ musnah dari
daftar-daftar rencananya.
Jum’at,
23:50
Mereka
udah pada stay di depan pintu rumah
Mili yang cuman selisih empat rumah aja dari tempat tinggal Joe. Mereka
buru-buru nyiapin air, tepung dan telor untuk menghasilkan adonan istimewa di
tubuh Mili nanti. Barang-barang itu mereka tempatkan di balik pot supaya nggak
ketauan sama Mili. Biar nggak seperti kejadian dulu. Udah nyusun rencana mateng-mateng
ternyata orangnya malah udah tau. Saat sorenya bikin kejutan di taman, si Ken
ngelempar tepung sama telor ke arah Mili dan sasaran pun buru-buru menghindar.
Ternyata tepung dan telornya terbang dan jatuh di kepala orang lain yang sedang
lewat di sekitar taman. Mereka semua buru-buru kabur karena orangnya
marah-marah. Itu adalah kejadian yang paling konyol selama perayaan partynya Mili. Kali ini nggak boleh failed!
Sabtu,
00:00
Mereka
udah bersiap-siap. Tak lupa lilin yang ada di atas kue mereka nyalakan. Zeze
menekan bel rumah berkali-kali agar Mili terbangun dari mimpinya. “Gila! Siapa
sih yang tengah malem gini bertamu” dengan kondisi mata yang sipit seperti itu
dan masih terlihat malam untuk bener-bener melek, akhirnya Mili pergi membuka
pintu, dan...
“SURPRISE”
nyanyian khas ulang tahun pun mulai disenandungkan. Mata Mili menjadi terlihat
bulat dan nampak speechless karena ulah sahabat-sahabatnya itu. Dia menutupi
kedua matanya yang terlihat berkaca-kaca.
Joe
yang membawa kue itu terlihat sedang mengusap mata Mili yang berlinang. “ Make a wish dulu dong, terus tiup
lilinnya”
“Iyaa....
buruan!” suara itu terdengar bersahut-sahutan dan tak lama kemudia lilin itu
mati karena tiupan Mili. Suara sorak sorai terdengar makin meriah dan tradisi
pun dimulai. Ken menyiram Mili dengan seember air, kemudian dengan cepat
disusul Jean dan Zeze yang bertugas melempari tepung dan telor. Joe masih
dengan tugasnya membawa kue sambil tertawa melihat muka Mili yang pasrah dan
nampak begitu bahagia.
“Happy birthday yaa” kata-kata itu datang
dari mulut masing-masing sahabatnya. “Merapat dong, gue yang ambil gambar” Zeze
terlihat sedang memberi arahan untuk pose foto yang bagus. Senyum lebar selalu
terurai jelas di wajah Mili. Nampaknya dia begitu bahagia. Mili berjalan
mendekati Joe, bergantian membawakan kue yang berada di tangan Joe.
“Thanks
ya Joe” Milipun tanpa rasa canggung mencium pipi Joe yang sontak membuat
jantung lelaki itu berdebar-debar. Mili nggak peduli soal itu. Cepat-cepat dia
mengajak mereka semua masuk untuk menikmati cheese
cake yang dibawakan Joe. Mili memotongnya dan membagi rata. Potongan
pertama untuk Joe. Dia nggak sadar bahwa di dalam jantung sahabatnya itu lagi
ada konser band yang membuat jantungnya seperti irama drum. Semua itu akibat
ciuman yang ia daratkan di pipi Joe tadi.
Joe
masih nggak bisa mencerna akal sehatnya. Otaknya belum dapat berjalan normal
kembali. Dia harus bisa membuat itu semua menjadi hal yang wajar. Joe nggak
pernah nyangka, dapet ciuman dari sahabatnya itu. Baru kali ini. Mili berhasil
membuat Joe mati kutu. Baru pertama kali juga Joe terlihat seperti itu. Mili
sempat meliriknya sambil menikmati kuenya itu. Sesekali dia tertawa geli
melihat ekspresi Joe yang begitu lucu. Mungkin sampai pagi nanti, sepertinya
Joe nggak bakal bisa tidur dengan nyenyak.
Oh
iya, mereka hampir melupakan kado yang udah mereka persiapkan dan mereka desain
semenarik mungkin. Mili nampak begitu teramat bahagia. “Thanks all... I love you guys”
Jam
dinding menunjukkan pukul 02.10, tapi Mili belum juga tidur. Mereka semua udah
pulang dari tadi. Mili juga udah nyempetin waktu buat mandi. Badannya yang
kayak adonan tadi sekarang udah bersih dan wangi. Ditengoknya kado-kado
pemberian sahabatnya itu yang sudah ia tata rapi diatas meja samping tempat
tidurnya. Kado-kado itu masih terbungkus rapi. Dia mengambil kado pemberian
Joe. Perlahan-lahan dia membuka selotip perekat kertasnya dan mulai
mengacak-acak hasil karya petugas toko hadiah semalem. Setelah dibongkar, dia
menemukan miniatur toples fireflies
lucu lengkap dengan kartu ucapan.
Dia segera
mematikan lampu tidur agar kamar terlihat gelap untuk sementara waktu.
Digoyang-goyangkannya toples itu dan kemduian matanya nampak berbinar melihat
apa yang sedang ia pegang sekarang, “Wahhh....indah banget. Makasih Joe”
gumamnya. Dia bagaikan melihat ratusan kunang-kunang didalam kamarnya yang
gelap. Mili meletakkan toples itu dengan hati-hati diatas mejanya dan kembali
menyalakan lampu kecilnya. Ia berharap malam ini mimpi indah hadir dalam
lelapnya saat ini.
***
Pagi hari, Bioskop
Pagi
ini Davi siap untuk memanjakannya kembali. Karena hari ini adalah hari
spesialnya dia. Joe juga ngasih waktu free
buat seharian Mili seneng-seneng. Hari ini Mili ngajakin Davi nonton dan
cowok itu Cuma iya-iya aja. Pokoknya hari ini bebas mau minta apa aja deh. Apa
sih yang nggak dikasih Davi buat Mili?
Ada
film yang baru aja rilis dan salah satu bintangnya adalah favorit Mili, Adipati
Dolken. Cowok berambut panjang keriting itu mukanya manis katanya. “mau liat
apa sayang?” tanya Davi. Belum juga Mili sempat menjawab, handphone Davi udah keburu bunyi. Davi terlihat sedang membaca nama
dilayar handphonenya, “Sebentar ya,
aku angkat teleponnya dulu” dia nampak menjauh dari tempat dimana Mili berada
sekarang.
Sambil
menunggu Davi, Mili membaca poster gede bertuliskan judul film yang baru aja
rilis tadi, film dimana si Adipati Dolken nongol. ‘Operation Wedding’ dia jadi
teringat, mungkin dia sebentar lagi juga akan merried seperti itu. Maybe. Tak
lama kemudian cowoknya datang menghampirinya dan ia nampak terburu-buru. Davi
meminta karena harus pergi karena ada keperluan keperluan mendadak dari bos.
Mili nggak bisa menolak karena itu dari bos pacarnya. Sebelum Davi pergi, dia
sempat memesan dua tiket film untuk dua orang pada pukul tiga sore nanti. Davi
janji, jadwal nonton mereka nanti sore bener-bener lancar. “Ditunda dulu ya
sayang. Maaf bikin kamu kecewa”
Mili pun
tersenyum, “Nanti kan masih bisa sayang. Antar aku ke rumah Zeze aja ya”
“Siap!” Davi memeluk Mili dan tak lupa iya ucapkan “Happy born day sayangku”. Mili hanya bisa tersenyum saat itu.
“Siap!” Davi memeluk Mili dan tak lupa iya ucapkan “Happy born day sayangku”. Mili hanya bisa tersenyum saat itu.
Pagi ini
jadwal nonton mesti ditunda dulu. Sebagi gantinya, Mili pergi ke rumah Zeze.
Katanya sih mereka mau kangen-kangenan. Wajarlah, mereka berdua itu jarang
banget ketemu. Tapi kalau masalah komunikasi ya tetep lancar dong. Mereka
berdua pertama kali bertemu saat ospek di kampusnya dulu. Semua peserta ospek
dikerjain habis-habisan sama senior-seniornya.
Tapi Mili
dan Zeze menentang apa yang disuruh seniornya itu. Nggak masuk akal nih ospek. Jurusan
gue itu apa? Disini itu gue ambil desain dan mau jadi desainer. Yang bikin
mereka kesel itu senior-seniornya nyuruh anak-anak ospek buat guling-gulingan
di lapangan kampus sambil diteriakin “Cepet dong cupu! Bisa lebih cepet nggak
sih?”. Ospek apa itu? Ospek itu ya mbok
yang lebih bermanfaat sedikitlah. Katanya sih buat melatih mental, kalau gitu
kenapa nggak sekalian aja masuk militer. Kalau disana kan ospeknya berat namun
juga bermanfaat. Itu yang membuat dua mahasiswa baru itu dihukum. Alasannya
karena mereka menentang perintah seniornya. Ospek
itu nggak banget deh.
Mata Mili
melotot kaget saat memasuki rumah Zeze. Gila!
Berantakan banget. Dimana-mana ada mainan. Rmahnya udah seperti toko
mainan, tapi acak-acakan. Mulai dari mobil-mobilan yang ada dibawah meja,
mainan karet disamping sofa, puzzle-puzzle berceceran di lantai, kereta api
yang lokomotifnya patah, ya ampun sudah pasti itu ulah tuyulnya Zeze. Jadi
begini ya, suasana rumah kalau kita udah punya anak kecil. Tiap hari dibikin
capek beresin mainan-mainannya.
“Duduk
sini. Sorry berantakan. Maklumlah kalo punya balita ya begini” Zeze sambil
tertawa kecil, “Mau minum apa?” lanjutnya.
“Apa aja
deh. Anak loe mana?”
“Lagi
tidur tuh di kamar. Habis gue racunin biar dia bisa anteng. Gue ambilin minum
dulu yaa”. Mili hanya bisa tertawa mendengar celoteh sahabatnya itu.
Selagi
Zeze pergi untuk mengambil minum, mata Mili berkeliaran menyusuri sudut-sudut
ruang tamu. Pandangannya terhenti saat matanya menemukan foto pernikahan Zeze
dan suaminya yang dipakukan di tembok ruang tamu itu. Dia pun terlihat
tersenyum saat memandanginya. Foto itu sejenak mengingatkannya tentang lamaran
Davi kemarin. Dia seharusnya bilang iya, karena dia juga pengennya Davi menjadi
suaminya. Tapi ada sesuatu yang mengganjal dihatinya yang membuatnya untuk
berkata jangan.
Tak lama
kemudian Zeze datang dengan membawa nampan berisi dua gelas orange juice dan camilan lezat ala Zeze. “Gue tau. Nih camilan
pasti yang bikin loe” sambil menunjuk Zeze.
“Iya dong”
Zeze menyipitkan sebelah matanya, “Kapan loe mau nyusul gue?”
Mili
melongo, “Maksud loe?”
“Loe bego.
Maksudnya married”
“Ohh
itu..anu, kemarin Davi ngelamar gue” suaranya terlihat datar dan ekspresinya
pun biasa-biasa aja, “Tapi, masih belum gue terima. Dipertimbangin lagi”
Jawaban
Mili membuatnya kaget, “He?? Bukannya loe ngebet banget pengen kawin sama
Davi?”
“Tauk ah.
Gue haus. Sini minumnya” Mili malah sewot dan Zeze Cuma bisa bengong mendengar
kalimat sahabatnya itu.
Kali ini
Joe mesti pergi ke toko bahan sendirian. Biasanya dia selalu ditemenin Mili.
Karena ini dia libur dan yang lainnya juga pada sibuk yaa terpaksa harus
belanja sendirian. Minggu ini Ken udah ngedesain baju-baju bagus dan udah di
ACC Joe untuk dimasukkan ke dalam list
distro Milijoe’s. Ken adalah desainer mereka yang udah meluncurkan puluhan
bahkan ratusan hasil tangannya yang buagus banget. Jadi, tanpa dia mungkin
Milijoe’s nggak bakal sesukses ini.
“Tumben
sendirian mas?” tanya salah seorang petugas toko kain itu.
Joe
tertawa kecil, “Iya nih, dia lagi libur soalnya. Barangnya saya tunggu diluar
aja ya mas”
“Baik mas
Joe”
Joe keluar
dari toko untuk mencari udara, karena di dalam toko terasa begitu panas. Aroma
dari hasil pembakaran sate madura yang berada di seberang toko pun tercium
hingga ke tempat Joe berdiri sekarang. Dia memperhatikan tukang sate yang
sedang menjada bara apinya dan terlihat sedang membolak-balikan sate yang
sedang dibakar. Tapi pandangan Joe tiba-tiba terpaku dengan pengunjung yang
sedang duduk meja depan warung sate itu. Dia mengambil handphone di saku celananya dan mencari nama ‘Bebek Bawel’ di
kontaknya.
Calling Bebek Bawel...
“Iya Joe?”
suara di seberang sana mulai terdengar
“Loe
dimana?”
“Di rumah
Zeze. Gue nungguin Davi, lagi ketemu sama bosnya”
“Ohh
yaudah, gue cuma mau ngasih tau hari ini ada beberapa bahan yang kosong. Jadi,
jangan lupa besok loe cek lagi masih ada stok nggak di gudang. Okke?? Bye ”
“Siaap...”
Joe menutup flip handphonenya dan masuk ke toko untuk mengambil pesanannya. Dia
harus segera balik ke distronya, karena khusus hari ini ia disibukkan dengan
banyak tugas. Joe harus menghandle
sebagian pekerjaan Mili biar nggak numpuk-numpuk dan menjadi beban. Kali ini
dia berada di ruang tengah yang biasa digunakan Mili untuk bertugas. Hari ini
harus selesai melabeli dan mencatat semua baju-baju, tas dan sepatu yang udah
dikirim tadi pagi. Joe pengen Mili memiliki waktu untuk bersenang-senang di
hari ulang tahunnya ini. Dia nggak mau sahabatnya itu kecewa. Apapun bakal dia
lakukan untuk membuatnya bahagia.
Tokk..tokk..tokk... Zeze keluar
membuka pintu dan melihat siapa yang datang., “Hey..masuk gih”
“Ahh nggak usah, cuman mau
jemput Mili doang”, jawab Davi.
“Udah dateng yaa. Yaudah, gue
cabut dulu yaa Ze” ujar Mili setelah ia cukup lama ngobrol dengan sahabat
lamanya itu.
“Okke. Byee...hati-hati yaa”
Zeze sambil melambaikan tangannya.
“Oke bye”
Mereka berdua segera pergi
meninggalkan rumah Zeze dengan mobil mewah milik Davi. Dia punya segalanya.
Maksudnya Davi itu adalah orang kaya. Biasanya kalau lagi musim liburan yang
lain pada pergi berlibur ke luar kota, kalau Davi sih liburannya yaa keluar
negeri. Tahun kemarin aja dia pergi ke Perancis. Pulang-pulang dia nggak lupa
buat bawain Mili oleh-oleh jam tangan dan tas mewah asli dari Paris. Rencananya
tahun ini dia bakal ngajak Mili berlibur ke Korea. Soalnya ceweknya itu suka
banget sama keindahan pemandangan negeri ginseng itu.
Suasana di mobil bener-bener
garing banget. Mereka cuma sesekali saling bertukar pandang. “Mmmm....gimana
bos kamu tadi sayang?” dengan suara yang agak ragu pun Mili mencoba
menghidupkan suasana. Sepertinya Davi terlihat agak sedikit kaget dengan
pertanyaan Mili.
“Bo...bos? Ohh, tadi baik-baik
aja sih. Cuman ada sedikit problem” suaranya terdengar terbata-bata.
“Ohh..syukur deh kalau gitu. Gue
kirain ada masalah besar”
Davi nampak menghela napas dan
tersenyum. “Ntar habis nonton, turunin gue di rumah Joe aja yaa” lanjut Mili.
“Joe?” Davi mengerutkan
keningnya, “Kenapa sih loe itu setiap hari harus selalu sama Joe terus?”
nadanya terdengar agak tinggi dan membuat Mili sedikit sewot.
“Lhoh, kenapa sih? Dia kan
sahabatku dari kecil”
“Sahabat sih sahabat. Tapi
kedekatan kalian berdua bikin gue jealous”
nadanya terdengar semakin meninggi.
Mata Mili nampak berkaca-kaca,
“Dia itu orang yang tulus mau ngurusin gue, Dav. Cuman dia yang rela ngurusin
gue sampe sekarang. Gue ini yatim piatu. Disini nggak punya siapa-siapa selain
Joe. Dia udah banyak berjasa buat hidup gue. Jadi loe nggak berhak marah-marah
dan ngatur hubungan gue sama Joe!”
Davi hanya terdiam dan tetap
memperhatikan kemudinya. Mili bener-bener nggak habis pikir kenapa Davi bisa cemburu
yang berlebihan seperti itu. Tanpa Joe, mungkin dia sekarang nggak bisa ketemu
sama Davi. Tanpa Joe, mungkin dia nggak bisa bertahan hidup sebatangkara. Tanpa
Joe mungkin dia nggak bisa kuliah dan nggak bisa sukses seperti sekarang ini.
Semuanya berkat bantuan dan kebaikan hatinya Joe. Dia adalah sahabat sekaligus
kakak untuk hidupnya sekarang ini.
****
Joe yang
sekarang berada di ruang tengah mulai terganggu pikirannya. Sambil memainkan
pulpen ke udara tanpa disadari dia sedang menggumam ‘Bos? Oh my God, gue harus ngomong apa sama loe. Tapi loe juga mesti tau’
pikirannya kembali menuju tempat warung sate yang ia lihatnya tadi. Tertuju
pada salah satu pengunjung cowok. Joe bener-bener nggak salah lihat kan tadi.
Cowok itu yang nggak lain dan yang nggak bukan adalah Davi. Dia nggak sendirian
dan kata si Bebek Bawel, Davi sedang ketemuan sama bosnya. Ketemu bos?
Peluk-pelukkan? Suap-suapan? Bos macam apa yang begitu sama karyawannya yang
udah punya pacar dan mau merried. Apa sikap mereka itu patut? Dan setau Joe,
bos Davi itu cowok. Bukan cewek. Joe merasa itu semua ada yang nggak bener.
bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar